Nama : Pramuditha Rizky
Npm : 15210358
Kelas : 3 EA 16
Pengertian Resensi :
Resensi
/résénsi/ n menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan
atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku: Sedangkan kata "mengulas"
v itu sendiri mempunyai arti memberkan penjelasan dan komentar; menafsirkan
(penerangan lanjut, pendapat, dsb); mempelajari (menyelidiki) dan kata
"ulasan" n mempunyai arti kupasan; tafsiran; komentar:
Resensi
berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja revidere atau recensere.
Artinya melihat kembali, menimbang, atau menilai. Arti yang sama untuk istilah
itu dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie, sedangkan dalam bahasa
Inggris dikenal dengan istilah review. Tiga istilah itu mengacu pada hal yang
sama, yakni mengulas buku.
Tindakan
meresensi dapat berarti memberikan penilaian, mengungkap kembali isi buku,
membahas, atau mengkritik buku. Dengan pengertian yang cukup luas itu, maksud
ditulisnya resensi buku tentu menginformasikan isi buku kepada masyarakat luas
Secara
singkat, resensi ialah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil
karya. Tujuan resensi adalah menyampaikan kepada para pembaca apakah sebuah
buku atau hasil karya itu patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Tujuan Resensi
1. Memberikan
informasi atau pemahaman yang komprehensif (mendalam) tentang apa yang tampak
dan terungkap dalam suatu karya.
2. Memberikan gambaran
kepada masyarakat apakah karya yang diresensi itu merupakan suatu karya yang
bermutu atau tidak.
3. Memberikan
gambaran kepada masyarakat apakah buku itu layak untuk dibaca.
Unsur-unsur Resensi
Didalam sebuah resensi karya sastra terdapat dua macam
unsur, yaitu:
1. Unsur
Intrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang
berasal dari dalam.
2. Unsur
Ekstrinsik yaitu unsur yang membangun cerita karya sastra yang
berasal dari luar (kebalikan dari unsur intrinsik).
- Unsur-unsur Resensi menurut Daniel Samad :
1. membuat judul resensi
2. menyusun data buku
3. membuat pembukuan
4. isi pernyataan resensi buku
5. penutup resensi buku
- Langkah-langkah meresensi :
1. pengenalan buku
2. membaca buku secara teliti dan memahaminya
3. menandai buku-buku yang penting dan yang akan
dikutip
4. membuat sinopsis atau intisari dari buku yang
diresensi
5. menentukan sikap atau penilaian
6. mengoreksi dan merevisi hasil resensi
Langkah – langkah Membuat Resensi :
Ketika
melakukan kegiatan meresensi, hendaklah perhatikan langkah-langkah meresensi
buku sebagai berikut.
1. Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang
diresensi,mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi
buku,siapa yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal
(jumlah bab dan halaman), format, hingga harga.Siapa pengarangnya: nama, latar
belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang
ditulis, hingga mengapa ia menulis buku itu. Buku itu termasuk golongan buku
yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi,
filsafat, bahasa, atau sastra.
2. Membaca buku yang akan diresensi secara
komprehensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu
dipahami secara tepat dan akurat.
3. Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan
secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan
diresensi.
5. Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut.
Organisasi atau kerangka
penulisan; bagaimana hubungan antara bagian yang satu dan bagian yang lain,
bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
Isi pernyataan; bagaimana
bobot ide, analisis, penyajian data, dan kreativitas pemikirannya, bahasa;
bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, kalimat dan penggunaan kata,
terutama untuk buku ilmiah.
Aspek teknis; bagaimana tata
letak, tata wajah, kerapian dan kebersihan, dan pencetakannya (banyak salah
cetak atau tidak).
Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terlebih dahulu
dibuat semacam garis besar (outline) resensi itu. Outline ini sangat membantu
kita ketika menulis, mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan
dasar dan kriteria yang kita tentukan sebelumnya.
Contoh Resensi Buku
Resensi Buku “Marmut Merah Jambu”
Judul : Marmut Merah Jambu
Pengarang : Raditya Dika
Penerbit : Bukune
Tahun terbit : 2012
Cetakan : 5
Kategori : Non-fiksi Komedi
Harga buku : Rp. 39.000,-
Jumlah Halaman : 218 Halaman
Kelebihan :
Berawal dari cover. Buku ini memiliki cover yang bagus dengan gambar yang
menarik dan jenis kertas yang tidak mudah rusak. Warna yang digunakan juga
cukup menarik perhatian pembeli. Pembahasan yang di sampaikan pengarang amat sangat
menarik untuk di baca serta gaya bahasa yang digunakan pun mudah di pahami.
Cerita tersebut juga merupakan pengalaman pribadi sang pengarang saat masa-masa
SMP dan SMA sehingga membuat pembaca merasa terbawa dalan jalan cerita tersebut
(ikut merasakan pengalaman sang pengarang). Novel ini juga dapat memberi
motivasi kepada para pembaca untuk menuangkan pengalaman-pengalaman pribadi
mereka ke sebuah novel atau cerita. Karena novel ini banyak bercerita tentang
pengalaman percintaan sang pengarang jadi buku ini layak di baca terutama pada
kalangan remaja yang sedang mengalami masa-masa ‘percintaan’ karena kita dapat
mengerti dan merasakan cinta, karena cinta membutuhkan konsekuensi.
Kelemahan : Menurut gua
buku ini hampir tidak memiliki kelemahan. Namun, hanya ada beberapa bagian yang
menurut gua kurang menarik dan ada beberapa kata yang gua kurang mengerti.
... Dia melihat mata gue dan bilang dengan
sungguh-sungguh,‘ Kita bakalan kayak gini terus, kan?’
‘Aku pengin kita begini terus,’ kata gue, sambil
mempererat genggaman gue.
Saat itu gue sadar, inilah apa yang gue coba tulis di
buku Marmut Merah Jambu ini: tentang bagaimana manusia
pacaran, tentang manusia jatuh cinta, tentang gue jatuh cinta.
Dari mulai bagaimana jatuh cinta dengan diam-diam, sampai naksir orang
via chatting. Dari mulai susahnya mutusin cewek, sampai ditaksir
sama cewek aneh. Dari mulai kita nembak cewek, sampai akhirnya membuat janji
seperti lazimnya orang pacaran lainnya, seperti: kita bakalan kayak
gini terus.Janji yang terkadang gak bisa ditepati.
Dia bertanya lagi ke gue, ‘Kamu dari mana yakin kita
bakal gini terus?’ Dia lalu berdehem, sebelum akhirnya melanjutkan, ‘Sebelumnya
kan kamu juga udah pernah pacaran. Pernah punya hubungan yang gagal.’
‘Lah, kamu juga,’ balas gue.
‘Makanya. Siapa tahu... kita nanti gagal juga?’
‘Itu risiko yang aku ambil,’ kata gue.
Dalam hati, gue berharap hubungan gue dan pacar gue
sekarang seperti hubungan binatang yang setia satu sama lain selama hidupnya.
Ambil contoh burunglovebirds, burung ini setia sama satu pasangan selama
hidupnya, sampai-sampai ketika pasangannya mati, burung yang satunya lagi akan
merenung, depresi, akhirnya tidak lama kemudian mati menyusul pasangannya.
Romantis banget ya?
Tak seperti burung lovebirds, manusia
adalah spesies yang aneh. Kebanyakan dari kita pernah ngerasain putus, dan
semakin banyak kita pacaran, semakin banyak kita ngerasain putus. Pacaran pada
dasarnya punya risiko: ngambek, marah, dan akhirnya diselingkuhi, dan patah
hati. Tapi kita, sebagai manusia, tetep aja masih mau pacaran. Karena kita,
seperti belalang, tahu bahwa untuk mencintai seseorang, butuh
keberanian.
Gue memulai buku ini dengan berusaha memahami apa itu
cinta melalui introspeksi ke dalam pengalaman-pengalaman gue. dan di halaman
terakhir ini, gue merasa... tetap gak mengerti, sama seperti gue memulai
halaman pertama.
Alih-alih seperti belalang, gue merasa seperti seekor
marmut berwarna merah jambu yang terus-menerus jatuh cinta, loncat dari
satu relationship ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari
di dalam roda bernama cinta, seolah-olah maju, tapi tidak... karena sebenarnya
jalan di tempat. Entah sudah berapa kali gue naksir orang sebelum bertemu pacar
gue yang sekarang ini. Entah berapa kali patah hati, berantem, cemburu yang gue
alami sebelum ketemu dia. Entah berapa kali nembak dan putus, seolah-olah gue
berlari dan berlari dari satu hubungan gagal ke hubungan gagal lainnya, seperti
marmut yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar. Dan
hubungan kali ini, setiap gue memandangi dia, pertanyaan besar itu pun timbul:
apakah sekarang saatnya berhenti?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar