Nama : Pramuditha Rizky
Npm : 15210358
Kelas : 3 EA 16
Aspek – Aspek Dalam Ilmu Prilaku Ekonomi
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan
dalam beberapa hal, yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat
yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli. Kedua,
perilaku konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui bahwa
konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket
transportasi di hari raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam hal pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran
ide di antara konsumen. Dengan
memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan
ide dengan lebih cepat dan efektif.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan
dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen
Indonesia dikategorikan menjadi sepuluh, yaitu :
*> Berpikir jangka pendek (short term perspective), ternyata sebagian
besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan sulit untuk diajak
berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari yang serba
instant.
*> Tidak terencana (dominated by unplanned behavior). Hal ini tercermin
pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang kelihatan menarik
(tanpa perencanaan sebelumnnya).
*> Suka berkumpul. Masyarakat Indonesia mempunnyai kebiasaan suka
berkumpul (sosialisasi). Salah satu indicator terkini adalah situs social
networking seperti Facebook dan Twitter sangat diminati dan digunakan secara
luas di Indonesia.
*> Gagap teknologi (not adaptive to high technology). Sebagian besar
konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi. Hanya sebatas
pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan kebanyakan
pengguna lain.
*> Berorientasi pada konteks (context, not content oriented). Konsumen
kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya. Dengan
begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang
hal itu sendiri.
*> Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect). Sebagian konsumen
Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada produk dalam negeri,
karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk di Indonesia
*> Beragama(religious). Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama.
Inilah salah satu karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran
agamanya. Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh
seorang tokoh agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang
mengusung simbol-simbol agama.
*> Gengsi (putting prestige as important motive). Konsumen Indonesia
amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik “status” walau belum
waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil mewah pun tetap
laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut Handi
Irawan D,ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Konsumen Indonesia suka
bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Budaya feodal yang masih
melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi
“pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Masyarakat kita mengukur
kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer.
*> Budaya lokal (strong in subculture). Sekalipun konsumen Indonesia
gengsi dan menyukai produk luar negeri, namun unsur fanatisme
kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti bertentangan dengan
hukum perilaku yang lain.
*> Kurang peduli lingkungan (low
consciousness towards environment). Salah satu karakter konsumen Indonesia yang
unik adalah kekurangpedulian mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika
melihat prospek kedepan kepedulian konsumen terhadap lingkungan akan semakin
meningkat, terutama mereka yang tinggal di perkotaan begitu pula dengan
kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham dengan isu lingkungan. Lagi
pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga premium sehingga akan lebih
mudah memasarkan produk dengan tema ramah lingkungan terhadap mereka.
- PENDEKATAN PERILAKU KONSUMEN
Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan
dalam dua macam pendekatan yaitu:
- Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
- Pendekatan nilai guna Ordinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
Pendekatan nilai guna (Utility) Kardinal
atau sering disebut dengan teori nilai subyektif : dianggap manfaat atau
kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitif /
dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen dalam memaksimumkan kepuasan atas
konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari seberapa besar uang yang
dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang akan
memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu keseimbangan
konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif.
- Kepuasan seorang konsumen dalam
mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Misalnya: mata
uang.
- Setiap tambahan satu unit barang yang
dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah
tertentu.
Kepuasan marginal (marginal utility).
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi.
Hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun (The Law of Diminishing Marginal
Utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya
jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus.
Pendekatan nilai guna ordinal
Pendekatan nilai guna ordinal atau sering
juga disebut analisis Kurva indeference : manfaat yang diperoleh masyarakat
dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur.
Pendakatan ini muncul karena adanya keterbatasan – keterbatasan yang ada pada
pendekatan cardinal, meskipun bukan berarti pendekatan cardinal tidak memiliki
kelebihan.
Kelemahan pendekatan ordinal
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang
dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran semacam ini
sulit dilakukan.
Persamaan kardinal dan ordinal
Persamaan cardinal dan ordinal yaitu
sama-sama menjelaskan tindakan konsumen dalam mengkonsumsi barang-barang yang
harganya tertentu dengan pendapatan konsumen yang tertentu pula agar konsumen
mencapai tujuannya (maximum utility).
Perbedaan kardinal dan ordinal
Nilai guna (Utility) Kardinal menganggap
bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan
analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalam bilangan / angka.
- Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang
dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal
menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama.
- KONSEP ELASTISITAS
Dalam ilmu ekonomi,
elastisitas adalah perbandingan perubahan proporsional dari sebuah
variabel dengan perubahan variable lainnya. Dengan kata lain, elastisitas
mengukur seberapa besar besar kepekaan atau reaksi konsumen terhadap perubahan
harga. Elastisitas juga merupakan salah satu konsep penting untuk memahami
beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai
sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis
permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.
- Elastisitas Harga Permintaan (Price Elasticity of
Demand) adalah tingkat perubahan permintaan terhadap barang/jasa, yang
diakibatkan perubahan harga barang/jasa tersebut. Besar atau kecilnya
tingkat perubahan tersebut dapat diukur dengan angka-angka yang disebut
koefisien elastisitas.
- Elastisitas Silang (Cross Elasticity) menunjukkan
hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang
lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut
dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga
macam respons prubahan permintaan suatu barang.
- Elastisitas silang positif
Peningkatan harga barang A menyebabkan
peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi
meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang
dapat saling menggantikan (barang substitutif).
- Elastisitas silang negatif
Peningkatan harga barang A mengakibatkan
turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin
mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang
tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
- Elastisitas silang nol
Peningkatan harga barang A tidak akan
mengakibatkan perubahan permintaan barang B. Dalam kaus semacam ini, kedua
macam barang tidak saling berkaitan. Sebagai contoh, kenaikan harga kopi tidak
akan berpengaruh terhadap permintaan kendaraan bermotor.
Elastisitas pendapatan adalah suatu
perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer yang akan
berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perubahan
tersebut diukur dengan apa yang di sebut elistisitas pendapatan
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang
digunakan marketer untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen
agar dapat menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen terdiri dari
tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
Afeksi
dan kognisi
Tipe respons
afektif
Elemen pertama adalah afeksi dan kognisi. Afeksi merujuk pada
perasaan konsumen terhadap suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen
menyukai sebuah produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen, misalnya apa
yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi berasal dari
sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun berbeda, namun
keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat tipe respons afektif: emosi, perasaan tertentu, mood, dan evaluasi. Setiap tipe tersebut dapat berupa respons
positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda dalam hal pengaruhnya
terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan. Semakin kuat
intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh, misalnya
terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air mata,
atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada tubuh
tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari lima proses mental, yaitu:
memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan berpikir. Proses memahami
adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti dari aspek tertentu yang
terdapat dalam sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah
sebuah aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau
negatif, disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana
memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti
membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif
terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke
empat proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem kognisi adalah untuk
menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek tertentu dari
pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses interpretasi
menjadi sebuah task kognitif seperti mengidentifikasi
sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan alternatif untuk
memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas proses sistem kognitif
berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau situasinya. Konsumen tidak
selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif, dalam beberapa kasus,
konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli sebuah produk.
Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen
akan melakukan sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni:
- Pengenalan masalah (problem
recognition). Konsumen
akan membeli suatu produk sebagai solusi atas
permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya pengenalan masalah yang
muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli.
- Pencarian informasi (information
source). Setelah
memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk
mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui
pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat
berasal dari dalam memori (internal)
dan berdasarkan pengalamanorang
lain (eksternal).
- Mengevaluasi alternatif (alternative
evaluation). Setelah
konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang
ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
- Keputusan pembelian (purchase
decision). Setelah
konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang
ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang
dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian
yang aktual tidak
sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
- Evaluasi pasca pembelian (post-purchase
evaluation) merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak
hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian. Setelah membeli produk tersebut,
konsumen akan melakukan evaluasi apakah
produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk
tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk
tersebut pada masa depan. Sebaliknya,
konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan
harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen pada masa
depan.